Oleh : Dody Kurniawan, S.Pd., M.M.
Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Semuanya terhimpun
dan diatur jelas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berkaitan dengan
hal tersebut keberadaan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai aktualisasi dan
pengembangan dari tempat bermain dan tempat berkreasi serta laboratorium alam
sangat menunjang dalam proses belajar dan mengajar di sekolah.
TOGA sebagai
laboratorium plantae dan ekosistem asli menjadi tempat yang tidak membosankan
sebagai alternatif ruang laboratorium dan literasi data tulis serta digital di
sekolah. Pelajaran Biologi menjadi sangat menarik, saat disandingkan dengan
nuansa belajar alami yang keberadaannya masih dalam lingkungan sekolah.
Menciptakan hal berbeda di sudut pandang siswa tentang keberagaman tanaman obat.
Keragaman spesies tanaman obat secara langsung dapat dikenali dengan mudah oleh
hampir seluruh siswa sebagai moda asesmen kognitif untuk siswa, sekaligus
mengaplikasikan tindak lanjut pembelajaran dan acuan evaluasi materi
pembelajaran untuk siswa.
Koleksi keragaman species tanaman akan menjadi hal
baru bagi peserta didik pun bagi guru dan warga sekolah lain. Keberagaman
species tanaman obat yang jarang dijumpai di keseharian siswa dan warga sekolah
menjadi daya tarik tersendiri dan menjad nilai tambah hasanah keilmuan bagi
orang yang melihat melakukan literasi data anatomi dan morfologi serta manfaat
tumbuhan tanaman obat. Untuk memenuhi kelengkapan data literasi tersebut
diperlukan kelengkapan data teknis digital dan non digital. Pemenuhan data
tanaman obat dapat dilakukan dengan inventarisasi data ilmiah dengan melakukan
penamaan Binomial Nomenclatur melibatkan ahli demi terjaminnya kebenaran data.
Selanjutnya secara teknis data bisa diinterpretasikan melalui data cetak yaitu
pemberian label tanaman obat setiap species tanaman di kebun koleksi tanaman
obat secara ilmiah. Kelengkapan data ilmiah bisa ditambah dengan membuat ruang
atau dinding galeri cetak data di sekitar lokasi tanaman obat keluarga. Semua
data species tanaman dipasang di dinding publikasi secara artistik agar mudah
dilihat dan nyaman untuk dipelajari. Selain dinding publikasi diperlukan pula
publikasi digital melalui website sekolah, blog guru atau media belajar aplikasi
online dengan konten serupa agar berkesesuaian dengan tujuan dibangunnya lankap
tanaman obat keluarga di sekolah.
Konten data digital tanaman obat keluarga
harus benar-benar mencerminkan lanskap sebenarnya. Jadi diperlukan teknik
tertentu dalam pemotretan dan kelengkapan dokumentasi data lain dari species
tanaman koleksi, seperti video , pesan suara atau deskripsi sains tertulis
lainnya. Untuk sekolah yang memiliki kelompok-kelompok ekstrakurikuler ilmiah
dan berhubungan dengan multi media bisa diikutsertakan membantu pembuatan
dokumentasi species tanaman untuk dipublikasikan di galeri online. Hal lain yang
perlu dilakukan adalah menyempurnakan tata letak dan tatakelola lahan kebun
koleksi tanaman obat tersebut. Lokasi kebun harus benar-benar strategis dan
mudah dijangkau semua orang, gunakan aturan-aturan pengelolaan lahan untuk taman
agar diperoleh lanskap taman tanaman obat yang indah. Tambahkan tempat duduk
menghadap taman tanman obat, tempat swafoto, tempat sanitasi dan sumber air
mencukupi akan lebih baik untuk menunjang keberadaan koleksi tanaman obat
keluarga di sekolah. Secara sosiokultural sebenarnya keberadaan kebun koleksi
tanaman obat keluarga menjadi momentum untuk pemberdayaan kemampuan profesi guru
dan siswa.
Di berbagai daerang di Indonesia pengelolaan lahan sudah menjadi
budaya sosial yang sangat terkenal sehingga akan sangat mudah dalam mengedukasi
warga mengenai pengembangan lahan pertanian. Lantas pemberdayaan seperti apa
yang diperlukan sekolah, dalam hal ini kebun koleksi tanaman obat keluarga bisa
diekspansi dengan memilih jenis tanaman tertentu untuk dibudidayakan di kebun
produksi sekolah, dengan pengelolaan terpisah tentunya. Produk yang dihasilkan
berupa bahan baku untuk membuat produk berkualitas baru nantinya. Layaknya
sebuah produk makas harus mengikuti selera pasa di lingkungan sekolah berada.
Hal ini pun bisa melibatkan seluruh warga sekolah dengan kesesuaian disiplin
ilmu yang dimiliki. Dengan belajar di laboratorium alam kebun tanaman obat
keluarga dengan semua pengembangan program terencana dipadukan dengan Rencana
Pembelajaran guru mata pelajaran, diharapkan mampu menjadi media pembelajaran
dan interpretasi ilmu serta memenuhi harapan sosiokultural wilayah setempat.
Diharapkan pula muncul pendidikan kritis yang menjadikan peserta didik sebagai
subyek aktif pembelajaran, bukan dari kata-kata gurunya ataupun dari buku teks.
Pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi sebagai deskripsi atas
kenyataan yang ada di lapangan, pendidikan yang menghubungkan antara ilmu dan
kemudian mengisi dan mengembangkan realitas. Pada akhirnya, proses pendidikan
mampu menghantarkan anak didik dalam menemukan jawaban-jawaban dari masalah yang
dihadapi di kemudian hari.